Kamis, 17 September 2015

Bagaimana Mendiskusikan dan Mengemukakan Hal Menarik dari Isi cerpen?

Cerpen atau cerita pendek merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa, selain juga novel, roman, dan berbagai bentuk prosa yang lainnya. Kita  tentunya juga pernah membaca cerpen, saat ini cerpen sudah banyak dimuat tidak saja di majalahmajalah sastra tapi juga di media cetak. Ada banyak definisi yang diberikan para ahli tentang cerpen  (cerita pendek). Cerpen merupakan salah satu bentuk karangan fiksi yang habis baca sekali duduk. Ada juga yang mendefinisikan cerpen sebagai cerita yang memuat satu peristiwa dalam sebuah kehidupan yang dialami tokoh yang diciptakan pengarangnya dan banyak lagi pengertian-pengertian lain tentang cerpen. Hal ini sah-sah saja karena tiap orang memberikan pengertian dari sudut pandang yang berbeda, yang terpenting dalam hal ini tidak meninggalkan karakteristik cerpen dan berterima oleh masyarakat sastra.

Sebagai bagian dari karya sastra yang berbentuk prosa, cerpen juga tersusun dari rangkaian unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan rangkaian unsur yang ada di dalam karya sastra itu sendiri, yang meliputi tokoh dan penokohan, alur (jalan) cerita, setting (latar) cerita, point of view (sudut pandang penceritaan), teknik penceritaan, dan tema yang digunakan dalam cerita. Sedangkan unsur ekstrinsik merupakan rangkaian unsur yang ada di luar karya sastra, yang meliputi, nilai sosial dan budaya, status sosial, moralitas, religius dan banyak lagi unsur-unsur lain (Sudjiman, 1988). Semua unsur yang ada dalam karya sastra, baik dalam unsur intrinsik maupun dalam unsur ekstrinsik, memberikan poin tersendiri bagi karya sastra. Artinya tidak boleh ada perbandingan baik dan buruk antara karya sastra yang satu dengan karya sastra yang lain. Semua karya sastra memberikan cerita dan nilai kemenarikan yang berbeda baik menurut pembaca maupun masyarakat sastra. Nilai kemenarikan pada karya sastra itu bisa berada di unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik, semuanya tergantung pada apresiasi terhadap karya sastra itu sendiri. Seorang Pramoedya Ananta Toer dianggap sebagai sastrawan yang mampu menghadirkan karakteristik tokohnya yang begitu kuat, perhatikan penggalan berikut.


Empat belas tahun umurnya waktu itu. Kulitnya langsat. Tubuhnya kecil mungil. Matanya agak sipit. Hidung ala kadarnya. Dan jadilah ia bunga kampung nelayan sepenggal pantai keresidenan Jepara Rembang.

Penggalan di atas tidak hanya diamati dari segi intrinsik saja melainkan juga dari segi ekstrinsik. Dari segi intrinsik, pendeskripsian tokoh secara jelas menggambarkan sosok perempuan, dipertegas lagi dengan ungkapan kembang kampung nelayan membuat penokohan yang diciptakan itu adalah sosok perempuan yang memiliki kelebihan dari perempuan-perempuan lain yang ada di kampung nelayan tersebut. Dari segi ekstrinsik, tokoh di atas tinggal di kampung nelayan, khususnya di pesisir pantai dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan tidak jauh dari laut, perahu, ikan, jala, dan hal lain yang berhubungan dengan nelayan.

Hal-hal yang menarik tidak hanya yang diungkapkan secara nyata seperti penggalan di atas namun juga terdapat pada unsurunsur yang menyimpang dalam sebuah karya sastra. Seorang Iwan Simatupang dalam beberapa karya besarnya tidak mendeskripsikan tokohnya secara jelas bahkan cenderung samar. Poin inilah yang membuat karyanya dianggap menarik dari beberapa karyanya yang lain. Seorang YB. Mangunwijaya selalu menghadirkan karyanya dengan persoalan latar budaya yang rumit dan banyak lagi yang lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Iklan 300x250

Recent post

Popular Posts